PENDAPATAN (ENERGI):
Dalam konteks bisnis minimarket (ritel/grosir), pendapatan dalam analogi ini dapat diumpamakan sebagai “energi” yang memungkinkan bisnis berfungsi dan tumbuh, mirip dengan bagaimana energi dari makanan memungkinkan tubuh manusia bekerja dan tumbuh. Berikut adalah penjelasan dengan menggunakan konteks bisnis minimarket:
Pendapatan dalam bisnis minimarket adalah jumlah uang yang diterima dari penjualan produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Misalnya, pendapatan dapat berasal dari penjualan bahan makanan, minuman, kebutuhan sehari-hari, produk-produk rumah tangga, dan sebagainya.
Setiap kali pelanggan membeli barang dari toko, pendapatan yang dihasilkan menjadi sumber energi finansial bagi bisnis. Pendapatan ini memungkinkan toko untuk membeli persediaan baru, membayar karyawan, membayar sewa atau hipotek toko, memperbarui infrastruktur, dan memenuhi berbagai kebutuhan bisnis lainnya.
Selain itu, pendapatan yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk memperluas bisnis minimarket. Misalnya, dengan pendapatan yang cukup, Anda dapat mempertimbangkan untuk membuka cabang baru, meningkatkan promosi dan pemasaran, atau meningkatkan kualitas produk dan layanan agar dapat menarik lebih banyak pelanggan.
Namun, penting untuk diingat bahwa pendapatan bukanlah keuntungan bersih. Setelah mengurangi berbagai biaya operasional, seperti pengadaan barang, gaji karyawan, biaya sewa, utilitas, dan lainnya, baru didapatkan keuntungan bersih. Bisnis minimarket harus memastikan bahwa pendapatan yang dihasilkan cukup untuk mencakup biaya-biaya tersebut dan juga menghasilkan keuntungan yang memadai.
Secara keseluruhan, pendapatan dalam bisnis minimarket dianalogikan sebagai “energi” yang memungkinkan bisnis berfungsi dan tumbuh. Melalui pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk kepada pelanggan, minimarket dapat menjalankan operasional, memperluas bisnis, dan memenuhi berbagai kebutuhan bisnis.
KASUS:
Berikut adalah contoh kasus dengan seorang klien yang tidak menggunakan manajemen yang baik di tokonya, dan semua pekerjaan dihandle sendiri meskipun memiliki karyawan, sehingga dia tetap tidak memiliki waktu luang selain mengurusi bisnisnya:
Salah satu klien kami, adalah pemilik sebuah minimarket. Meskipun dia memiliki beberapa karyawan untuk membantu dalam operasional toko, dia tidak menggunakan manajemen yang efektif bahkan amburadul. Dia terlalu terikat dengan setiap aspek bisnis dan merasa perlu mengurus semuanya sendiri.
Merasa bahwa dia harus hadir di toko setiap hari dan mengawasi semua tugas, termasuk mengelola persediaan barang, melayani pelanggan, menangani pembayaran, merencanakan promosi, dan mengurus administrasi. Hal ini menyebabkan dia bekerja tanpa henti dan tidak memiliki waktu luang atau waktu untuk mengembangkan bisnisnya.
Karena dia mengurus semuanya sendiri, dia merasa terlalu lelah dan tidak dapat fokus pada tugas-tugas strategis yang dapat membantu bisnisnya tumbuh. Dia kehilangan waktu untuk menganalisis tren pasar, menjalankan kegiatan pemasaran yang efektif, atau mencari peluang baru.
Namun, setelah intervensi kami sebagai konsultan, perubahan signifikan terjadi. Kami membantu dia dalam merancang struktur organisasi yang lebih efisien. Tugas dan tanggung jawab diatur dengan jelas antara dia dan karyawannya. Dengan membagi tugas dengan karyawan yang dipercayai, dia sekarang memiliki lebih banyak waktu luang dan dapat fokus pada tugas strategis yang penting.
Perubahan ini juga berdampak positif pada layanan pelanggan. Dengan hanya melibatkan diri lebih banyak dalam aspek strategis, pelayanan menjadi lebih efisien dan terorganisir. Persediaan barang juga dikelola dengan baik, menghindari kekurangan atau kelebihan yang tidak perlu. Selain itu, setelah kami mengajarkan beberapa indikator penting, dia dapat mengambil keputusan strategis dengan lebih baik untuk pertumbuhan bisnisnya, karena dia memiliki lebih banyak waktu dan fokus yang tersedia.
Informasi terakhir, klien ini sudah mampu mengembangkan 4 cabang baru hanya dalam waktu kurang lebih 3 tahun. Wallahu a’lam